Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2020

5 - Aku, Kamu, dan Manusia-Manusia Boneka

“Aku kurang bisa memahami, mengapa Bu Sur memilih untuk menjual gabahnya ke Tarmudi? Padahal sudah jelas kalau Tarmudi itu culas dan memasang harga yang tidak masuk akal.” “Si Amar, anak Bu Sur yang di luar itu, dia bisa berangkat dan betah di sana karena apa? Karena Tarmudi yang mengantarnya dan memberikan bekal untuknya. Lagi pula, Bu Sur tidak punya pilihan. Sawah yang sudah dikepung rumah-rumah bagus kanan kirinya itu, mungkin sebentar lagi juga akan ikut menjadi bangunan tempat tinggal.” “Kamu tuh suka asal aja, Bu Sur pasti mewariskan sawah itu ke Amar dong. Lagian Amar juga sepertinya mau-mau aja ngurusin sawah. Kalo engga, ya tinggal minta bantuan aja sama Din. Ya kan?” Kamu menggeleng, dengan ragu. “Aku yakin, Bu Sur lebih sering tidak balik modalnya dibanding untung.” “Mungkin.” Lalu pikiranku terbang, menemukan kita, yang berjalan sambil menuntun sepeda bersama-sama. Masih dengan api yang baru saja tumbuh dan memiliki banyak bahan bakar agar tak lekas padam. Kita