Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2023
Pagi tadi, Bapak menelpon kami. Beliau sedang dalam perjalanan menuju ke Semarang. Menanyakan kabar kami, posisi kami, dan apakah kami sudah sarapan? Lalu, beliau menyampaikan kalimat-kalimat yang membantu batin kami merasa sangat khusyuk akan cinta. Air mata, menggenang kelopak mata pula. "Mba, kamu selalu melakukan hal-hal lebih awal dibandingkan manusia seumurmu lainnya. Jangan terbebani. Itu anugerah. Mba spesial." Kami diajak menapaki diri kami sendiri, yang dulu, saat ini, dan esok hari barangkali, jika ada. Bahwa kami, serupa berkat Tuhan yang dijadikan ada di dunia. Bersukacitalah.

Kesadaran Melambat

Setelah memperingati tahun pertama, kami langsung bertanya: apakah segera? memasuki fase yang paling membuat kami terpenjara dan merasa: pilihan paling cocok adalah menghilang dari dunia. Benar saja, kami telah sampai di masanya. Mata kami sangat berat dan seolah seluruhnya bengkak karena penuh dengan air mata yang enggan turun segera. Kepala kami serupa awan mendung. Abu-abu, berat, dan terus bertambah besar dengan menopang air yang harusnya segera turun menjadi rintik dan hujan. Hari, berjalan begitu cepat, sebab kami, seluruh tubuh dan isi kepala kami, melambat. Terapis kami terus terang gemas dengan tingkah laku kami yang sesuka diri menghentikan pengobatan. Untungnya, beliau memahami konteks atas tingkah laku kami tersebut. Kami dengan sadar menyadari bahwa akan tiba lagi, di sini. Sehingga, kami telah mempersiapkan segalanya agar mendapat penanganan dengan lebih cepat. Tetapi, kami terlanjut terlambat, untuk beberapa hari. Kami terburu telah menjalani hidup dengan sangat hampa. S