Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2020

Cinta Biasa

Betapa cinta itu biasa Layaknya mandi, gosok gigi, makan, minum, ataupun tidur malam hari. Betapa cinta itu biasa, Tak muluk layaknya pesta dan perayaan lainnya. Betapa cinta itu biasa, Dengan letupan rasa, senyum tersipu hingga merah mukanya, dan tentu masih berdetak jantungnya. Dan kala malam, yang sepi dan indah seperti biasa, ku ambil keputusan untuk mencinta dalam biasa Untuk berharap kelak kita saling terbiasa makan berdua, tidur bersama, menemani anak-anak keliling kebun raya, dan rutinitas biasa lainnya, rutinitas pasangan bahagia, biasa bahagia. 

Biru Kepiluan

Pada biru, yang membentang di sana kandungmu melenakan, yang kaya, hingga bintang saja malu dengan jumlahnya Pada biru, mutiara-mutiara bangsa tergulung menuju bibir pasir mengirama merdu bersama angin, bersama lambaian pucuk kelapa ku labuhkan rawai yang lunglai dengan sesak dan berat hai kau yang berdiri sendu sendiri! untuk apa meratap pada penguasa yang menuhankan diri! deru ombak, sepoi angina, sela menyela tarikan napasku panjang, hai kau yang menyerah pada samudera! jika melaut tak bisa, bukankah lebih baik kita binasa? ombak terderai, memecah karang, temponya gusar telingaku memerah, hei kau yang compang camping kaosnya! aku tahu! bukan tak peduli, tapi untuk apa berkoar pada orang mati! ku nanti balasannya, dengan wajah yang telah merah padam. diam…. senyap…. pada biru yang membawa pilu, dia terdiam mengenang murahnya masa lalu negeriku dengan tak terhingganya kolam susu manusiaku yang tak pernah membendu

Pipimu Menjambu

I Atas segala tanda kuasa dan luasnya samudera kasih-Nya Indera bersama  radarnya mengeja Tuhan dalam lena alam fana Pantai, dengan gulungan biru yang menghampir bibir pasir Langit, lengkap dengan gumpal awan dan tarian burung syahdu Pasar malam, dengan kerlip lampu, permen kapas, bianglala, dan memori bermesra Adakah hal lain mencetak pipi merah jambu? II Aku kembali pada masa lalu Menyapa ingatan yang lama tak ku temu Jurus-jurus menghindari waktu cepat berlalu Tangkisan juga elakan yang menahan diri untuk mengaku Kaos kaki, sore dan lapangan basket itu Adakah hal lain mencetak pipi merah jambu? III Kajilah sabda satu demi satu Ejalah cinta jangan ragu-ragu Adakah hal lain mencetak pipi merah jambu? IV Dalam hitungan mundur, tiga, dua, satu Adakah hal lain mencetak pipi merah jambu? V Adakah hal lain? Seindah pipimu yang menjambu?

yang tak pernah hilang

Ku ambil buku lama yang usang dimakan usia gores picisan muda gejolak hasrat manusia betapa ia tak serupa produk bertanggal kadaluwarsa dan ya, ini sudah terlampau lama dalam hitungan gebuan dada tahun ke delapan, sejak terakhir ku kenang senja kita lewat untaian kata tetapan hati untuk menyudahi tanya tentang kita semasa ini waktu ke waktu membisiki sesuatu, dengan aroma yang mendawai relung kalbu iman bahwa proses membawa kita pada terbit fajar asa memejamkan mata merasai aset Sang Maha Cinta menafsir tiap lekuk tubuh karya-Nya indah luar biasa diliput dzikir, memantra mabuk kepayang, mengiring orkestra sesembahan alam raya yang mengajar bahwa sederhana hanya omong kosong orang tak punya dan aku, menjelma menjadi ahli dari ahli yang papa.