Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2019

MIMPI SEORANG PEREMPUAN NDAK SEREMEH-TEMEH ITU

Tulisan ini sudah tak pikir cukup lama, seperti biasa, hanya kalimat pendek yang saya tulis di memo supaya ndak lupa pas mau nulis beneran. Memang sejak “magang” banyak hal yang pingin saya bagikan melalui tulisan. Seorang laki-laki yang sudah beristri dan punya empat orang anak memancing saya untuk mengingat-ingat kembali mimpi yang saya kumpulkan dan kepingin diwujudkan. Pertanyaan sederhana yang kurang lebih beliau sampaikan adalah tentang kegiatan yang saja jalani ini nanti muaranya mau kemana, memangnya kamu kuliah mau jadi apa, dan ya seterusnya.   Awalnya saya hanya ketawa, kaget juga tiba-tiba beliau bertanya demikian, karena biasanya yang ditanya ya seputar bagaimana isi hati saya untuk orang spesial (mungkin). Saking banyaknya mimpi yang ndak semuanya tak tulis, mulailah saya sampaikan rentetan impian yang mengingatnya perlu banyak usaha. Mulai dari yang terbesar sampai yang besar. Saya ndak akan bilang mimpi saya ada yang kecil, semuanya besar, impian-impian bagus y

Setengah Sebelah : Ternyata Sesak

“Kamu, pernah jatuh cinta?” Begitu tiba-tiba dan tak terduga, lolos satu kalimat tanya yang sakral dari bibir Isah. Sekar yang sedari tadi sibuk dengan gawainya mendadak nyengir dan tertawa lepas. Alih-alih menjawab serius pertanyaan kawannya itu, Sekar terus tertawa dan menimpali Isah dengan banyak pertanyaan. Mulai dari ada apa? Kamu sedang jatuh cinta? Sama siapa? Kok bisa nggak cerita-cerita? Loh loh loh, Ikhwan yang mana? Padahal satu yang sebenarnya dipikirkan Sekar, bukan jawaban atas pertanyaan Isah tentunya, tapi cara menutupi patah hatinya akibat satu makhluk Tuhan yang membuatnya uring-uringan saben hari, sampai-sampai semua tulisan dan puisinya ya tentang satu laki-laki itu. “Loh, jawab dulu Kar. Kok ya malah aku dicecer pertanyaan ndak berbobotmu itu. Nanti juga lama-lama ngobrol, aku cerita semuanya,” Isah rupanya benar-benar serius dengan pertanyaannya. Sekar yang tak enak hati langsung melunakkan suaranya, menjangkau Isah lebih dekat. “Iya, iya Sah, maa