Tanah Ke-22
Kami memijak tanah baru, lagi. Ini sudah tanah kedua puluh dua. Sampai di sini adalah ketetapan mutlak. Meski kami tidak pernah mengetahui, tapi sekarang kami akan mengatakan bahwa ini adalah niscaya. Kami meninggalkan catatan-catatan. Catatan yang kami ringkas selama di perjalanan. Perjalanan menuju tanah kedua puluh dua. Keluhan paling besar dari sakit yang diderita adalah tidak ada apapun yang tumbuh dan membesar selain ketakutan-ketakutan. Konsultasi paling buruk, dilakukan sendirian. Bagaimana mungkin, manusia yang iman kepada kata-kata, terus melontarkan kata-kata sebagaimana mantra-mantra tak tergugat? Niscaya, sumber-sumber itu menjadi benar nyata. Karena hidup dari bahan bakar cinta, dan terus akan demikian, tanah yang telah berpuluh tahun mencoba menemukan menjadi begitu obsesif pada kehadiran bahan bakar itu. Tepat bahan bakar terbaik kehidupan, namun sesekali, bahan bakar itu menjelma menjadi sumber energi kotor tak terhindarkan. Itu menjadi liar dan menakutkan saat d