yang tak pernah hilang
Ku ambil buku lama yang usang dimakan usia
gores picisan muda gejolak hasrat manusia
betapa ia tak serupa produk bertanggal kadaluwarsa
dan ya, ini sudah terlampau lama dalam hitungan gebuan dada
tahun ke delapan, sejak terakhir ku kenang senja kita lewat
untaian kata
tetapan hati untuk menyudahi tanya tentang kita semasa ini
waktu ke waktu membisiki sesuatu, dengan aroma yang mendawai
relung kalbu
iman bahwa proses membawa kita pada terbit fajar asa
memejamkan mata merasai aset Sang Maha Cinta
menafsir tiap lekuk tubuh karya-Nya indah luar biasa
diliput dzikir,
memantra mabuk kepayang,
mengiring orkestra sesembahan alam raya
yang mengajar bahwa sederhana hanya omong kosong orang tak
punya
dan aku, menjelma menjadi ahli dari ahli yang papa.
Joss
BalasHapus