Opini rasa

Untuk pertama kalinya, aku merasa berguna di tempat yang tak seharusnya.
- - -
Aku kadang suka bingung dengan mereka yang menganggap ku punya banyak pengalaman dan teman.
Karena pada nyatanya, aku hanya seorang follower, aku juga agak sedikit mungkin apatis di lingkungan kelas (kuliah).
Kuliah biasa saja, prestasi hampir tidak ada, teman dekat seadanya, dan untungnya ada organisasi yang mau menerima.
*itupun karena aku dilempar, paham?
Mengenai organisasi mahasiswa (yekan udah mahasiswa, pengen si bahas PKK tapi... yekali aja) hal yang paling menyebalkan adalah saat seleksi, khususnya pas wawancara. Itu yak sumpah, di tempat aku kuliah, mau jenis organisasi apa, komunitas apa, kepanitiaan apa pun ya sistemnya seperti itu-itu saja. Nah, wawancara menjadi paling menyebalkan karena saat sesi wawancara, pewawancara selalu akan dan tidak akan pernah tidak menanyakan tentang diri kita, komitmen kita, dan alasan kita yang sejatinya itu bahkan sudah kita jelaskan di formulir pendaftaran awal. Maaf-maaf ya, apakah itu tidak dibaca? Baiklah kita berpikir positif, kita carikan kemungkinan yang mungkin :v
1. Mengetes seberapa melekatnya mengenai hal itu dalam diri kita.
2. Ingin mendengar langsung dari mulut kita.
3. Mengecek kali-kali itu hanya dalam kata-kata.
4. Tidak dibaca dan/atau baru dibuka saat kita di depannya.
Baiklah, karena aku hanya peserta, aku bisa apa.
Oiya, kata capres nomor 10 kita, ada 3 kunci sukses utama, yaitu usaha, doa, dan orang dalam. Sepertinya tak hanya di kampus ku, dengan adanya orang dalam selalu menenangkan~ HM bagaimana pemerintahan?
Nah, yang selalu menjadi perbincangan ku dengan beberapa teman adalah satu pertanyaan yang biasa dan akan selalu ditanyakan.
"Mengapa kami harus memilih kamu?"
Mampus mau jawab apa kalian kalau ditanya itu?
Karena saya cantik? Saya banyak duit (jadi gausah danusan)? Karena saya siap ngapain aja? Karena saya punya kemampuan blablabla? Dan terserah kalian mau jawab apa. Pada nyatanya, keputusan kamu diterima atau tidak adalah karena kesan yang kamu tinggalkan. Percayalah, bangun image sebaik mungkin. Dan bicaralah dengan percaya diri.
Kalau kesan awal sudah baik, kesan akhir harus lebih baik.
Kalau kesan awal yang kamu ciptakan itu kurang baik, buat kesan akhir sebaik mungkin, kamu pasti diterima, kecuali, kamu bukan golongannya. HEHEU.
Kata-kata ajaib lainnya yang akan menguji hati dan logika kita adalah luruskan niat.
HEHE
Apakah niat kita berkelok? Bengkok? Membentuk suatu sudut elevasi? Atau bagaimana?
Aku sih yakin, semua niatnya pasti lurus. Nah pertanyaannya, lurus kemana? Lurus menginginkan jabatan? Lurus ingin menjadi terkenal? Lurus buat keren-kerenan? Lurus buat dapat sertifikat? Biar dapat gebetan? Atau lurus untuk kebermanfaatan?
Itu hanya kamu yang tau, dan aku pun ga mau tau.
Percaya atau tidak, mereka pun sebenarnya nggak akan mau tau niat kamu ngapain. Yang penting adalah kamu mau ngapain.
Aku pikir, itu si poinnya.
Kembali ke pernyataan ku di awal. Berguna di tempat tak seharusnya.
Di kampus, jujur hanya satu yang aku anggap organisasi ku sepanjang masa, senior menyebutnya rumah kembali. Dan aku, benar menganggapnya pun begitu.
Tapi aku juga punya beberapa lapak dan kost-kostan yang harus 'dibersihkan' Sekarang, aku sedang ngekost di organisasi mahasiswa setingkat universitas, ya meski aku bukan kuliah di sebuah universitas. WKWK beda nama.
Banyak yang bilang, amanah tidak akan salah memilih pundak, nah masalahnya daya dukung a.k.a carrying capasity pundak kita itu seberapa? Kita harus tau itu.
Awal aku kuliah, aku terlalu sombong dan merasa bisa segalanya. Ah bohong, maksudnya aku tipe yang tidak enakan. Dan seperti yang kalian tau, menjadi tidak enakan itu tidak enak.
Senior ku pernah bilang (itu juga karena aku minta pendapat si, pokoknya banyakin diskusi, seru parah)
"Kamu harus berani menolak."
HM padahal aku sendiri selalu takut ditolak -doi masa iya mau menolak.
HEHE
Baiklah, awal aku gabung, aku merasa,
"Wah ini bukan tempat ku, aku bisa apa disini, kalo malah bikin pincang, mending jangan."
Beruntungnya, bertemu banyak orang, berdiskusi, dan minta pendapat, menyelamatkan aku dari rasa tidak mampu dan membangkitkan rasa ingin tau.
Aku yang udah nggak mau tau lagi sama dunia itu, mulai semangat dan haus ilmu. Ini bagian rencana Tuhan, dan aku harus ikut menyukseskan itu.
Aku, menemukan alasan ku.
Apapun yang terjadi, bertahan, dan selesaikan dengan sebaik-baik penyelesaian.
Tuhan membantu ku percaya diri lebih cepat, diberilah aku beberapa tanggung jawab.
Hal besar yang mungkin menjadi hal kecil bagi sebagian orang, ternyata mampu menyelamatkan seseorang dari rasa ketidakberdayaan dan ketidakdianggapan.
Satu kalimat sapaan yang kamu lontarkan bisa sangat membahagiakan seseorang.
Satu senyum yang kamu tunjukkan bisa memberi suntikan semangat yang luar biasa kepada seseorang.
Satu kalimat tak mengenakkan yang keluar dari ucapan, bisa sangat menghancurkan seseorang.
Kamu sudah besar, kamu boleh ngomong kasar, tapi kamu nggak pernah boleh buang sampah sembarangan :')
Kalau kamu ingin dibantu, bantulah orang lain untuk mengahargai dirinya sendiri.
Tumbuhkan rasa percaya dan bisa padanya.
Setidaknya, dia pun akan merasa berguna sekalipun menurutnya, itu bukan tempatnya.
Sekian.
Salam, dari aku yang ditolak oleh orang yang sama dua kali berturut-turut.

Catatan :
"Udah keliatan sok taunya belum?"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tepian Jurang

Hidup Ideal(is)