Potongan
Masihkah ingat?
Es lilin yang kita beli bersama di depan rumah tua.
Penjual yang berhenti tepat di bawah pohon mangga.
Aku beli sepotong yang rasa cokelat.
Kamu pilih yang rasa strawberry, kata mu
"Strawberry itu enak, ada asem-asem nya gitu. Kayak kamu si, tapi aku suka."
Aku merajuk.
Lalu, kamu ingat kah?
Saat pelajaran matematika dan guru menyuruh menggambar tiga buah segitiga.
Sisi yang ku buat tak lurus.
Hehe, aku tak menggunakan penggaris.
Tiba-tiba kamu sodorkan penggaris kecil.
Hasil mu membagi dua penggaris tipis 30 centimeter.
Terima kasih dan senyum kikuk yang bisa ku lontarkan untuk mu.
Akhir masa SMA dan mungkin terakhir sebelum perpisahan kita.
Masuk ke dalam kotak foto bersama.
Pasang wajah paling konyol yang kita punya.
Tertawa sekeras yang kita bisa.
Kamu mengejek ku, aku balas mengejek mu.
Cetak foto yang aku terima, hanya setengah.
Marahlah aku.
Kamu bilang,
"Udah si biasa aja, di potong dulu, berpisah dulu."
Masih tak habis pikir aku.
Imbuh mu,
"Iya udah si.
Nanti kita main lagi, bersama lagi, satukan potongan ini lagi, bahagia lagi."
Aku diam, agak kaget mendengar jawabannya.
"Sudah dong, kamu makin jelek, aku makin nyesel kenal kamu."
Melenggang pergi kamu ke toko boneka.
Aku makin mengerjap tak percaya.
Aku masih,
Menanti genapnya tahun kesekian untuk benar-benar bahagia
bersama mu.
Es lilin yang kita beli bersama di depan rumah tua.
Penjual yang berhenti tepat di bawah pohon mangga.
Aku beli sepotong yang rasa cokelat.
Kamu pilih yang rasa strawberry, kata mu
"Strawberry itu enak, ada asem-asem nya gitu. Kayak kamu si, tapi aku suka."
Aku merajuk.
Lalu, kamu ingat kah?
Saat pelajaran matematika dan guru menyuruh menggambar tiga buah segitiga.
Sisi yang ku buat tak lurus.
Hehe, aku tak menggunakan penggaris.
Tiba-tiba kamu sodorkan penggaris kecil.
Hasil mu membagi dua penggaris tipis 30 centimeter.
Terima kasih dan senyum kikuk yang bisa ku lontarkan untuk mu.
Akhir masa SMA dan mungkin terakhir sebelum perpisahan kita.
Masuk ke dalam kotak foto bersama.
Pasang wajah paling konyol yang kita punya.
Tertawa sekeras yang kita bisa.
Kamu mengejek ku, aku balas mengejek mu.
Cetak foto yang aku terima, hanya setengah.
Marahlah aku.
Kamu bilang,
"Udah si biasa aja, di potong dulu, berpisah dulu."
Masih tak habis pikir aku.
Imbuh mu,
"Iya udah si.
Nanti kita main lagi, bersama lagi, satukan potongan ini lagi, bahagia lagi."
Aku diam, agak kaget mendengar jawabannya.
"Sudah dong, kamu makin jelek, aku makin nyesel kenal kamu."
Melenggang pergi kamu ke toko boneka.
Aku makin mengerjap tak percaya.
Aku masih,
Menanti genapnya tahun kesekian untuk benar-benar bahagia
bersama mu.
Komentar
Posting Komentar