Semoga
Selamat malam, selamat membaca cerita ku lagi.
Aku yang sering berbunga-bunga, kemudian mati rasa, lalu galau segalau-galaunya, dan sekarang? Aku tak tau ini jenis yang seperti apa.
Aku kembali,
Ke terminal yang sama untuk kesekian kali.
Malam ini, Ibuk dan Bapak tidak membersamai, untungnya aku punya teknologi.
Teknologi terbaik yang Tuhan pernah anugerahkan.
Teknologi pertemanan.
Biasanya, setiap ku naiki tangga bis ini,
Langkah pertama, aku merasa suatu ketidakrelaan.
Kedua kalinya, degup ku makin tak beraturan,
Ku tolehkan kepala ke belakang, lalu wajah ku, ku arahkan ke atas.
Jaga-jaga, agar air yang sudah terkumpul tak jatuh begitu saja.
Ku kedipkan mata beberapa kali.
Langkah terakhir, aku sampai ke dalam bis.
Ku susuri lorongnya, ku letakkan barang-barang ku.
Ku arahkan pandangan ku ke jendela, dua tangan melambai, wajahnya berseri menyuntikkan semangat agar aku tak gentar untuk pergi.
"Nduk, belajar rajin-rajin, banyaklah bermanfaat buat orang lain, sholat jangan ditinggal. Buat Ibuk bapak bangga, doa kami selalu menyertai."
Kalimat yang luar biasa efeknya atas diri ku.
Membakar semangat sekaligus meluruhkan semua pertahanan ku.
Dan malam ini, aku kehilangan itu.
Aku merasa baik-baik saja, atau malah lebih baik, hanya saja, seperti ada yang kosong dan minta diisi.
Untuk kembalinya aku yang kesekian ini, hanya ada tiga chat singkat.
Tak ku sangka, ketiganya penuh mengisi ruang kosong itu.
"Hati-hati mbak." 16.49
Lalu ada voice note yang ku terima, hanya 10 detik, tepat pukul 16.50
Yang terakhir,
"Ya, hati-hati di jalan mbak." 18.06
Buk, Pak, aku kembali, ke kota perantauan.
Semoga aku selamat sampai tujuan,
Dan pulang, mengakhiri sesuai harapan.
Semoga, aku anak yang bisa dibanggakan.
Mengenai teknologi tadi,
Pertemanan kami tak ada yang spesial.
Terlalu spesial.
Terjalin begitu saja dengan intensitas interaksi antar kami dalam satu organisasi.
Dan bersama mereka, entah kenapa selalu aku terkena bully.
Tapi jujur, aku menikmati.
Ah baiklah, aku tak mau bercerita lebih banyak lagi,
Aku harus hemat baterai ponsel,
Aku harus istirahat,
Besok sudah langsung kuliah pagi.
Aku ingin bersemoga lagi,
Ya, semoga.
Semoga aku tidak malas lagi,
Semoga aku tidak mengecewakan lagi.
Aku yang sering berbunga-bunga, kemudian mati rasa, lalu galau segalau-galaunya, dan sekarang? Aku tak tau ini jenis yang seperti apa.
Aku kembali,
Ke terminal yang sama untuk kesekian kali.
Malam ini, Ibuk dan Bapak tidak membersamai, untungnya aku punya teknologi.
Teknologi terbaik yang Tuhan pernah anugerahkan.
Teknologi pertemanan.
Biasanya, setiap ku naiki tangga bis ini,
Langkah pertama, aku merasa suatu ketidakrelaan.
Kedua kalinya, degup ku makin tak beraturan,
Ku tolehkan kepala ke belakang, lalu wajah ku, ku arahkan ke atas.
Jaga-jaga, agar air yang sudah terkumpul tak jatuh begitu saja.
Ku kedipkan mata beberapa kali.
Langkah terakhir, aku sampai ke dalam bis.
Ku susuri lorongnya, ku letakkan barang-barang ku.
Ku arahkan pandangan ku ke jendela, dua tangan melambai, wajahnya berseri menyuntikkan semangat agar aku tak gentar untuk pergi.
"Nduk, belajar rajin-rajin, banyaklah bermanfaat buat orang lain, sholat jangan ditinggal. Buat Ibuk bapak bangga, doa kami selalu menyertai."
Kalimat yang luar biasa efeknya atas diri ku.
Membakar semangat sekaligus meluruhkan semua pertahanan ku.
Dan malam ini, aku kehilangan itu.
Aku merasa baik-baik saja, atau malah lebih baik, hanya saja, seperti ada yang kosong dan minta diisi.
Untuk kembalinya aku yang kesekian ini, hanya ada tiga chat singkat.
Tak ku sangka, ketiganya penuh mengisi ruang kosong itu.
"Hati-hati mbak." 16.49
Lalu ada voice note yang ku terima, hanya 10 detik, tepat pukul 16.50
Yang terakhir,
"Ya, hati-hati di jalan mbak." 18.06
Buk, Pak, aku kembali, ke kota perantauan.
Semoga aku selamat sampai tujuan,
Dan pulang, mengakhiri sesuai harapan.
Semoga, aku anak yang bisa dibanggakan.
Mengenai teknologi tadi,
Pertemanan kami tak ada yang spesial.
Terlalu spesial.
Terjalin begitu saja dengan intensitas interaksi antar kami dalam satu organisasi.
Dan bersama mereka, entah kenapa selalu aku terkena bully.
Tapi jujur, aku menikmati.
Ah baiklah, aku tak mau bercerita lebih banyak lagi,
Aku harus hemat baterai ponsel,
Aku harus istirahat,
Besok sudah langsung kuliah pagi.
Aku ingin bersemoga lagi,
Ya, semoga.
Semoga aku tidak malas lagi,
Semoga aku tidak mengecewakan lagi.
Komentar
Posting Komentar