Jatuh dan Bahagia

Pada satu malam di mana pikiranku lari menuju waktu-waktu yang sebelumnya,
hujan di luar masih enggan berpamitan,
bintang-bintang tak kelihatan,
 
barangkali,
seperti aku yang meringkuk kedinginan,
manusia-manusia lainnya pun mengunci diri dalam bangunan kenyamanan
merayakan asmara dalam kebersamaan kasih dan peluk kesayangan
 
aku berhenti pada satu titik yang sempat aku berlalu dengan penuh kebahagiaan
 
hujannya tetap di sana
dari langit yang penciptanya hanya Dia
 
bintang sama sekali jauh dari pandangan
tapi langit, kala itu sama sekali tak kelam
ia merongrong dan memaksa menghantarkan cahaya pada dunia
 
ya, meski nyatanya, kelabu lebih kuasa darinya
 
canggihnya imaji manusia, membawakan aku pada hujan tanpa kebasahan,
ia hadir, bersama kecerdasan Tuhan dan jiwa ketuhanan
 
berkaca, tinggi, dan panjang lengannya
 
anggaplah aku sedang tak berlebihan,
ia adalah jelma kebijaksanaan
 
pada tiap langkah, tanah seolah berusaha menolak air yang berjatuhan
membuat indera mencitrakan tarian alam dan senyum keberkahan
‘imbal’ pada langkah yang satu-satu, ialah alir jiwa
 
penuh,
lapang,
dan bunga.
x

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tepian Jurang

Hidup Ideal(is)