Mencatat Penginderaan—1

dari kemiskinan, dari pemiskinan, siapa yang paling dirugikan?

perempuan.

masalah kemiskinan—pemiskinan begitu kompleks

ditambah ramadhan ini masih di tengah pandemi, perempuan lebih tereksploitasi dan terpaksa rela dieksploitasi

namun entah pada level kesadaran mana, lagi dan lagi, pagi ke pagi, tenaga dan pikiran perempuan tak boleh habis sebelum mati

kita hidup di era 4.0 katanya, tapi toh budaya patriarki masih mengcengkeram tiap-tiap sendi kebudayaan

kadang saya berprasangka begitu jeleknya, berprasangka bahwa lelaki begitu menikmati patriarki, seribu kali ingatannya dihujam perihal ketidakadilan, maka dua kali lipat—atau lebih—ingatan diingkari demi kembali menikmati hidup di tengah budaya patriarki

ketika nafkah menjadi tanggung jawab lelaki dan kepulan dapur sepenuhnya milik perempuan, lantas bagaimana ketika nafkah sama sekali tak disampaikan? kepul tetap harus kepul, kenyang tetap harus kenyang

emansipasi mendorong perempuan masuk ke ruang-ruang produktif, tapi gurita patriarki, tak pernah lepas merantai perempuan di lumbung-lumbung reproduksi

dijinjingnya tas-tas, dipanggulnya beras-beras

menjadi buruh yang dieksploitasi kering mungkin tai sekali rasanya, tapi menjadi perempuan miskin di tengah gurita patriarki? kulit dikuliti, akal diakali, baring dibaringi.

pada catatan penginderaan pertama ini,

putus asa dan habis tenaga yang datang menghampiri

miskin lagi dimiskinkan, beban lagi dibebankan

bagaimana kita bebas? tak ada penyelamat, tak ada perubahan

hidup mesti dihidup-hidupi

tak ada sepasang kuping pun bisa membawa perempuan lari


gerakan akar tinggal kelakar*

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tepian Jurang

Hidup Ideal(is)